Koyo Cabe Ukuran A4 - Part 13


Backsound : “Please, Please, Please, Let Me Get What I Want” – Clayhill, nih lagu tau dari film This Is England, pas closingnya, Lagu The Smiths, di cover dibikin akustik.

Hari-hari berikutnya, Saya kembali berkutat dengan UAS Saya, Semenjak acara ke Moko itu, Saya belum bertemu lagi dengan Eya. YM si bulat kuning unyu dan Esyiahidayah kembali bekerja keras. Semua biasa, percakapan dan lain sebagainya, terjadi seperti sedia kala. Semua kecurigaan Saya sirna, mungkin memang mata Eya cuma kemasukan debu waktu itu.

Hingga pada satu ketika, saat Saya sedang terjerohok di dalam buku “Sistem Informasi Manajemen”, Esyiahidayah bergoyang. Eya menelpon.

“Ya, dengan siapa dimana?”

“Eya, antapani,,,”

“Passwordnya Bu?”

“Amri Juara Cabul Se-Asia Tenggara”

“betul sekali…eh ada apa tumben telpon sore-sore”

“kamu sibuk ga?”

“engga, kenapa kangen yah..”

“ihhh pede… aku mau ngobrol”

“lah ini kan lagi ngobrol…”

“nggak ih, aku mau curhat.”. Jleb, bau busuk mulai tercium.

“oh sok, aku juga mau curhat”

“aku bingung Jep,”

“bingung?”

“Iya, aku belum pernah sebingung kaya sekarang..”, nadanya lebih rendah.

“urusan kuliah?”

“bukan”, Eya bertele-tele. Mungkin dia berpikir curhat dengan orang yang salah, “Jadi, Aku punya temen deket udah lama, namanya Iqbal, dia kakak kelas aku pas SMA, pas aku kelas 1 dia kelas 3…”

“ehhhmm yah yah..” , Saya mendengarkan dengan seksama. Rokok dibakar. Perasaan jelas tidak enak.

“dia tuh anak OSIS, baek banget, aku sempet suka dulu, tapi keburu jadian sama temen sekelas aku, Mia.. dia udah kaya kakak aku sendiri, ngajarin aku soal pelajaran, agama, pokonya tipikal kakak kelas yang harus dipacarin banget deh, sekarang dia lagi T.A. di ITG (Institut Teknologi Ganesha)… ganteng, alim, pinter…tapi..”,

Nobody’s perfect, Saya kemudian berpikir Eya bakal ngomong “tapi dia impoten”.
“.. tapi dia gak pernah tau aku suka ama dia…”

Saya lemas, cari sangobion

“kamu gak pernah ngomong gitu? Dia masih pacaran sama si Mia itu?”, Saya bicara walau dada pengap.

“iya, eh maaf yah aku cerita gini, cerita nya panjang..kamu masih mau dengerin? ..”

“Iya gapapa sok aja..”

“Aku gak pernah nembak, soalnya dia sama Mia udah terlanjur jadian, dan kayanya mereka happy-happy aja.. aku juga beberapa kali jadian sama cowo, kebanyakan Cuma iseng..”

“jahat ihh..” , Saya mencoba menghangatkan suasana. Eya tidak senyum.

“… aku dengar kabar setaunan kemaren, Mia putus sama Kang Iqbal, dan putusnya itu bikin heboh dikalangan anak SMA aku..”

“heboh gimana?”

“gosipnya Mia hamil dan minta pertanggungjawaban Kang Iqbal…kang Iqbal menolak karena katanya dia gak pernah ngapa-ngapain Mia.. Mia jadinya ngegugurin kandungannya, karena kang Iqbal gak mau nikahin Mia..”

Di tahap ini, bau busuk semakin merebak. “trus?”

“ya gimana, yah aku bingung aja, Mia temen aku, dan dia setau aku gak pernah neko-neko, disisi lain, kang Iqbal juga aku tau banget gak mungkin deh kayanya berbuat kaya gitu…”

Eya suka banget sama si Iqbal Kampriatos ini kayanya

“kamu gak pernah nanya-nanya gitu, nyari tau gimana yang sebenarnya?”, Saya sebenarnya sudah malas.

“nggak…”, sedikit jeda ketika saya berpikir Eya hanya bicara satu kata itu, “…aku takut ajah”

“takut?”

“Iya, dan yang lebih bikin bingung, 2 minggu lalu, kang Iqbal nembak aku.. di Moko, tepat di tempat kita duduk kemaren… so sweet banget lah”

Benar-benar bau busuk hinggap, seakan sepiring tinja tersaji di meja belajar Saya. Buku “Sistem Informasi Manajemen” kini terlihat seperti tertulis dengan tulisan arab gundul.

“kamu terima?”

“Belum.. aku sih mau bilang Iya, tapi aku takut kang Iqbal itu benerin yang hamilin Mia..walau hati kecil aku selalu bilang kang Iqbal ga mungkin ngelakuin hal kaya gitu… ”,

Saya gak bisa ngomong, kerongkongan saya seakan terganjal batu bacan.

“ Aku bingung Jep, Aku sayang banget sama dia, kemaren pas balik…. kebawa suasana kali yah.. aku nangis .. eh sori yah aku jadi curhat gini, abis aku bingung ngomong sama siapa”, Eya lirih. Kemudian terdengar isak dan gemerisik suara tangan menyeka air di mata dan hidung. Telpon pun ditutup tanpa sempat saya membalas. Dan ide ke Moko yang begitu brilian, sekarang menjadi sebuah blunder.

PakOp

Mendengar tawa dan cerita – cerita kesehariannya mungkin menyenangkan, kali itu gadis yang disukai, menceritakan orang yang dikasihinya, dengan sedu sedan penuh pengharapan. Saya hanya bisa diam dan mengambil nafas panjang.

Kamu melapangkan bahumu untuk menyandarkan kepalanya, mengusap tenang punggungnya, serta menerka cerita tentang esok yang lebih baik, seakan meninabobo - menenangkan bayi di malam hari…. namun matamu nanar, entah kepada siapa kamu menyandarkan kepalamu sendiri.

Sore itu, Saya salat magrib di kamar, sujud terakhir Saya lebih lama. Dan kali itu namanya, jadi nama keenam yang Saya sebut di dalam wirid; Muhammad SAW., Mamah, Bapa, Dina, Omar, dan dia Mahera. Saya titipkan harap dan doa Saya digenggaman Tuhan.

“ Ya Allah, lindungilah Saya dan lindungi mereka…”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koyo Cabe Ukuran A4 - Part 4

Koyo cabe Ukuran A4 - Part 10

Koyo Cabe Ukuran A4 - Part 19