Koyo Cabe Ukuran A4 - Part 14


Backsound nya : “Baby Doll” – The Gabe Dixon Band

Sumpah ini lagunya gak sealay judulnya, enak kok

Hari selanjutnya, percakapan didominasi dengan tema “Iqbal”, "iqbal", dan "iqbal", Eya nyerocos dan Saya menanggapi semaunya saja. YM si bulat kuning unyu diistirahatkan, SMS di si GSM dibalas hanya jika tidak sedang malas. Esyiahidayah tidak dikasih pulsa. Saya pun turun ke nomor 8 chart “pembeli terbanyak” Kemod Cell.

======

Jumat sore

Esok hari, tidak ada UAS sama sekali, Eng datang berkunjung sekadar membuat penuh asbak di kamar Saya. Eng sibuk dengan ke-sok-sibukannya seperti biasa, Saya browsing.

Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada tsunami, tak ada longsor, tidak ada fenomena alam apa pun, Eng tiba-tiba mengeluarkan ide anti-mainstreamnya.

“nyet stel radio lah, kita denger wayang..”

“wayang golek?”

“Yoi di Paratua FM, ada Asep Sunandar biasanya…”

“Sok ku maneh hurung keun” (sama lo nyalain dah)

Eng memang penyuka wayang golek, baginya wayang bukan sekedar hiburan, jauh didalamnya terdapat nilai historis, budaya, dan edukasi yang kuat. Saya hanya tahu Asep Sunandar saja. Dulu, beberapa Wali menyampaikan ajaran Islamnya lewat Wayang, kisah Mahabrata yang kental nuansa hindu India, disisipi dengan nilai nilai aqidah Islam. Entah lewat tokoh-tokoh baru ataupun jalan ceritanya.

Pada akhirnya Islam, masuk secara “halus” dan perlahan, dan budaya yang sebelumnya tidak lantas hilang, tanpa harus memercikan darah dan keringat. Hal ini juga mengajarkan betapa nenek moyang kita, telah menjunjung nilai pluralitas jauh bahkan ketika kata “pluralitas” itu sendiri ada. Hingga, kini bisa dilihat apalagi di daerah Jawa, nuansa keberagaman dan kebebasan beragama begitu kental dan dapat beriringan.

Setahu Saya wayang ada dua jenis, wayang golek di jawa barat, wayangnya berbentuk 3 dimensi kaya boneka dibuat dari kayu dan Wayang kulit di daerah jawa tengah dan timur menggunakan bahan kulit dengan bentuk 2 dimensi, beberapa dalam memainkannya dengan efek siluet (Walaupun sebenarnya ada juga istilah wayang orang. Tapi disini Saya bicara yang menggunakan objek benda). Tetap root nya sama bercerita seputar Mahabrata. Adapun di sunda dan Jawa ada beberapa tokoh yang namanya berbeda, tapi tokohnya sendiri itu sama.

Dan salah satu dalang wayang golek yang paling fenomenal, ya itu Asep Sunandar. Banyak yang menilai dalang Asep terlalu keluar dari kaidah perdalangan yang umum, namun justru disitulah titik menariknya. Bagaimana wayang kesannya “kolot” dan kaku menjadi hiburan yang berkualitas. Humornya cerdas, pendidikan moralnya berbobot, sejarah jelas kuat, dan terkadang ada Filsafat rumit yang entah mengapa menjadi begitu mudah dicerna. Menjadikan wayang dapat dikonsumsi semua kalangan. Saya dan Eng sadar, ilmu dan moral tidak hanya didapat dari orang berpeci atau bertoga saja, bahkan dari orang berblankon ataiu bertopi jerami sekalipun.

Busyetttt overdosis paracetamol nih gua

Suara gamelan dan kawan-kawan bergemerincing. Suara serak khasnya dalang Asep begitu berkharisma. Hari itu radio Paratua menyajikan judul wayang “Gatot Kaca Krama”. Bercerita tentang perkimpoian Gatot Kaca dengan Dewi Pergiwa putri Arjuna. Awal cerita dibuka dengan persiapan pesta perkimpoiannya, tampak tidak ada masalah.

Trio Semar-Cepot-Dawala sesekali muncul sebagai part pemancing tawa pendengar. Saya dan Eng ngakak sejadinya. Di tengah cerita, Dorna sang antagonis muncul, memberi hasutan kepada Arjuna yang notabenenya merupakan murid kesayangannya agar membatalkan perkimpoiannya. Arjuna termakan bujuk rayu sang guru, lantas menyurati pihak keluarga Gatot Kaca perihal pembatalan pernikahannya.

Di tengah jalan, sang kurir surat bertemu dengan Gatot Kaca. Dan alangkah murkanya Gatot Kaca mendengar kabar tersebut. Gatot Kaca menganggap Pergiwa mengkhianatinya.
Gatot Kaca galau abis. Gatot Kaca kalau zaman sekarang selevel Superman mungkin. Gatot Kaca kehilangan akal sehat. Gatot Kaca berniat bunuh diri. Gatot Kaca terbang ke langit, lalu dengan kecepatan tinggi membenturkan kepalanya ke batu, namun batunya yang pecah. Menusukan keris ke perutnya tapi kerisnya yang bengkok.

Hingga sekarang, itu adalah adegan paling miris yang pernah saya dengar dari sebuah cerita. Tidak ada adegan lain dalam karya sastra, music, dan film yang bisa menandinginya. Bagaimana seorang Gatot Kaca, superhero dengan segala kelebihannya, otot kawat, tulang besi, kencing batu, tinju semen… tetap memiliki hati kapas yang mudah layu selayaknya manusia biasa jika tersakiti.

Entah pak Asep seperti menyindir Saya malam itu, Sama seperti lakon “Gatot Kaca Krama” ini. Awalnya tampak indah, kemudian menukik tajam. Bagaimana hari hari yang indah dengan Eya semenjak hujan mempertemukan Saya dengan Eya, berakhir dengan kehadiran Iqbal yang membanting setir cerita hidup Saya dan Eya, membelokan Saya dan Eya dengan mendadak. Eya belok ke arah membahagiakan, saya belok ke jurang.

Seharusnya sedari awal Saya sadar, mengharapkan Eya menjadi pemilik kisah hari hari Saya, too good to be true. Hanya ada di film “Before Sunrise”, dua orang asing berakhir dengan memadu kasih.

Eng sudah terlelap, seperti biasa Eng tak pernah bisa mendengarkan wayang sampai akhir. Saya melamun sambil merubah daun daun tembakau kering menjadi abu. Rasa di jiwa berontak, membisik lirih.

“Hey Mahera, aku tidak akan membenturkan kepalaku ke batu, kepalaku bakal pecah. Tidak juga menusuk perut dengan keris, Aku tidak punya keris yang ada hanya pisau dapur. Gatot Kaca hilang akal, Saya juga hilang akal sejak kamu buka helm full-face mu tempo hari di warkop. Gatot Kaca mencoba bunuh diri, namun jangan pernah kau coba bunuh harapanku… Aku sayang kamu Mahera Mustaqimah”

Saya bicara dalam hati seakan Eya bisa mendengar, tapi yang pasti, Saya yakin Tuhan mendengar.

Gelas kopi terisi seperempatnya lagi, puntung-puntung rokok menumpuk di asbak. Di akhir cerita, Gatot Kaca mendapat pertolongan dari dewa dan diplomasi Krisna, Arjuna sadar, dan akhirnya Gatot Kaca menikah dengan Dewi Pergiwa.

Samakah akhir cerita Saya ya Allah?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koyo Cabe Ukuran A4 - Part 4

Koyo cabe Ukuran A4 - Part 10

Koyo Cabe Ukuran A4 - Part 19